Rabu, 16 Juni 2021

LAPORAN BACAAN 4: PRINSIP, METODE DAN MODEL PEMBELAJARAN ABAD 21

 PRINSIP, METODE DAN MODEL PEMBELAJARAN ABAD 21

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh perkenalkan nama saya Muhammad Zulkarnaen pada kesempatan kali ini saya akan memaparkan laporan bacaan yang telah saya baca mengenai prinsip dan metode pembelajaran abad 21.

A.  Pembelajaran Abad 21

Perkembangan zaman memang sangat pesat. Khusunya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) menuntut kehadiran sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing. Untuk mempersiapkan hal tersebut, sektor pendidikan menjadi bagian yang perlu mendapat perhatian, khususnya dalam pengembangan dan pelaksanaan pembelajaran.

Pembelajaran merupakan salah satu sarana terbaik untuk membangun dan membentuk sumber daya manusia yang unggul. Pengemasan pembelajaran yang terencana dengan baik, terknosep sesuai zamannya, dan terlaksana dengan strategi yang tepat akan menghasilkan proses pembelajaran yang berkualitas.

Sumber daya manusia yang unggul pada saat ini diharapkan memiliki keterampilan abad 21 yang terdiri dari kecakapan belajar dan inovasi, kecakapan informasi, media dan teknologi, dan kecakapan hidup serta karir.

Untuk mewujudkan keterampilan abad 21 ini, maka pembelajaran pun harus dikemas dan disajikan sesuai kecakapan-kecakapan tersebut, maka konsep pembelajaran abad 21 perlu menjadi acuan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran pada era ini.

Berkaitan dengan pengertian pembelajaran abad 21 ini tidak ada ahli yang secara khusus memberikan definisi mengenai pembelajaran abad 21. Pembelajaran abad 21 ini dikembangkan melalui tiga konsep utama, yaitu 21- st Century Skills (Trilling dan Fadel, 2009), scientific approach (Dyer et al., 2009) dan authentic learning dan authentic assesment (Wiggins dan Mc. Tighe, 2011).

Pembelajaran abad 21 merupakan pembelajaran yang memperhatikan pengembangan keterampilan abad 21 dalam proses pelaksanaanya. Keterampilan abad 21 ini antara lain pengembangan keterampilan 4C (critical thinking, creative thinking, collabortive, commuincative).

Selain itu, pembelajaran abad 21 juga mengarahkan pada pengasahan literasi media, literasi teknologi, dan literasi informasi. Dengan demikian pembelajaran yang dilaksanakan akan melibatkan teknologi sebagai sarana penunjang pembelajaran.

Pembelajaran abad 21 menghadirkan proses pembelajaran yang memperhatikan langkah penemuan dan pengembangan konsep secara mandiri oleh siswa. Proses tersebut mengikuti langkah pendekatan saintifik yang mengharapkan proses dan hasil pembelajaran lebih bermakna dibanding hanya sekedar transfer pengetahuan dari guru kepada siswa.

Pembelajaran abad 21 menghadirkan penilaian yang autentik dan komprehensif. Keberhasilan siswa dalam pembelajaran tidak hanya dilihat dari hasil akhir saja, melainkan semua aktivitas yang dilaksanakan oleh siswa selama pembelajaran menjadi bagian yang dinilai.

Selain itu, penilaian tidak terpaku pada penilaian hasil belajar aspek pengetahuan saja. Aspek keterampilan pun menjadi bagian penilaian dari siswa, bahkan produk yang dihasilkan siswa dalam pembelajaran pun menjadi objek penilaiannya.

 

 

B.  Prinsip Pembelajaran Abad 21

Berdasarkan pengertian tersebut, maka pembelajaran abad 21 ini memiliki beberapa prinsip yang harus menjadi acuan dan dasar dalam pelaksanaan pembelajaran abad 21. Berikut penjelasan prinsip pembelajaran abad 21.

1.    Pendekatan pembelajaran harus berfokus pada peserta didik

Pembelajaran abad 21 harus mengubah pembelajaran dengan pendekatan berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa harus diberikan keleluasaan dan kesempatan yang besar untuk mengembangkan berbagai kemampuan selama proses pembelajaran.

Aktivitas pembelajaran pun harus banyak menghadirkan aktivitas hands on dan minds on yang dilakukan oleh para siswa. Pada konteks yang lebih luas, sumber informasi ketika pembelajaran pun tidak lagi berpusat dari guru, melainkan dari berbagai sumber, termasuk dari siswa itu sendiri.

2.    Pembelajaran harus bersifat kolaborasi

Pembelajaran abad 21 harus melatihkan keterampilan kolaborasi pada diri siswa dalam proses pembelajaran dan penyelesaian projek pembelajaran. Siswa juga wajib diajarkan bagaimana caranya untuk bisa berkolaborasi dengan orang lain. Berkolaborasi juga bisa dengan orang-orang yang berbeda baik itu dalam sosial, latar budaya, dan nilai-nilai yang dianutnya.

Pada saat menggali informasi dan membangun makna dalam sebuah pembelajaran, siswa perlu didorong agar dapat berkolaborasi dengan teman-teman yang berada di dalam kelasnya. Dalam mengerjakan suatu projek, siswa perlu diajarkan cara menghargai kekuatan dan kelebihan setiap orang serta cara mengambil peran dan menyesuaikan diri secara tepat dalam dinamika kelompok.

3.    Pembelajaran abad 21 harus kontekstual

Pembelajaran pada abad 21 harus menghadirkan pembelajaran yang mampu menjembatani antara tekstual yang dipelajari di kelas dengan kontekstual yang dialami oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menghadirkan pembelajaran yang demikian, maka pembelajaran yang dilakukan di kelas harus berbasis kontekstual yang mengangkat isu-isu dan tema yang sering dijumpai oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Pada pelaksanaannya, guru harus membantu siswa agar dapat menemukan nilai, makna dan keyakinan atas apa yang sedang dipelajarinya serta dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya. Selain itu, guru juga harus melakukan penilaian kinerja siswa yang dikaitkan dengan dunia nyata yang bersifat autentik.

Selanjutnya, prinsip pembelajaran abad 21 ini harus diperhatikan ketika pemilihan metode dan model pembelajaran. 

C.  Metode Pembelajaran Abad 21

Metode pembelajaran berikut ini merupakan metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru sebagai upaya menghadirkan pembelajaran abad 21. Setiap metode memiliki ciri khas dan peran guru yang berbeda.

1.    Small Group Discussion (SGD)

Small Group Discussion (SGD) merupakan metode pembelajaran dengan cara pembagian kelompok belajar untuk berbagi ide dan pendapat dalam kelompok kecil antara 4-6 siswa. Pada pelaksanaannya, para siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman melalui aktivitas diskusi.

Pada metode ini diharapkan seluruh siswa memperoleh pengetahuan dan pengalaman belajar yang sama. Sementara itu, peran guru pada metode ini sebagai motivator, fasilitator, dan pendamping diskusi kelompok.

Keterampilan yang diasah dalam implementasi metode ini diantaranya keterampilan kerja sama, kemampuan komunikasi, kemampuan analisis, berpikir kritis, percaya diri, inisiatif, dan tanggung jawab.

2.    Role-Play & Simulation Learning (RPL)

Role-Play & Simulation Learning (RPL) merupakan metode belajar dengan bermain peran sebagai cara penyampaian materi pembelajaran. Pada implementasinya, siswa akan mengambil peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu pertunjukan peran di dalam kelas.

Pertunjukkan peran yang dilaksanakan oleh para siswa tersebut selanjutnya dijadikan sebagai bahan refleksi bagi seluruh siswa dalam memahami materi pelajaran dan memberi penilaian terhadap hasil belajarnya.

Pada metode ini, peran guru sangat penting yaitu sebagai pendamping selama proses kegiatan berlangsung. Bahkan guru pun harus bisa memberikan contoh mengenai peran tertentu yang akan diperankan oleh siswa. Guru pun tidak lupa akan berperan sebagai motivator dan fasilitator bagi siswa.

Keterampilan yang diasahkan pada diri siswa melalui metode ini diantaranya kemampuan imanjinatif, kreatif, ketepatan analisis, mandiri, serta terampil dalam mendapatkan pengalaman dan membangkitkan empati antara sesama siswa.

Pada kedua metode tersebut perlu juga melibatkan teknologi sebagai bagian dari sarana pembelajaran untuk meningkatkan literasi teknologi informasi dan komunikasi. Misalnya pada metode SGD, bahan diskusi dapat disajikan dengan memanfaatkan teknologi. Sementara pada metode RPL, bisa saja pertunjukan peran yang dilaksanakan siswa disajikan dalam tayangan video.

Selain pelibatan teknologi, implementasi metode pembelajaran tersebut juga harus memperhatikan pendekatan yang berpusat pada siswa, pembelajaran yang berkolaborasi, dan pembelajaran yang kontekstual.

Selanjutnya selain metode pembelajaran, guru pun harus memilih model pembelajaran yang tepat agar pembelajaran abad 21 ini dapat dihadirkan di dalam kelas. Mari simak penjelasan mengenai model pembelajaran.

D.  Model Pembelajaran Abad 21

Model pembelajaran abad 21 tentu saja harus mengarah pada 3 konsep utama pembelajaran abad 21, yaitu mengarahkan pada pengembangan keterampilan abad 21, penerapan pendekatan saintifik, dan pelaksanaan penilaian autentik.

Selain itu, pengembangan model pembelajaran juga perlu memperhatikan prinsip pembelajaran abad 21 sehingga esensi dari setiap langkah pembelajarannya akan terasa dan berdampak pada diri siswa.

Adapun model pembelajaran yang akan dibahas yaitu problem based learning dan project based learning.

a.    Problem Based Learning (PBL)

Model pembelajaran problem based learning (PBL) merupakan model pembelajaran dengan susunan aktivitas pembelajaran yang mengarah pada pemecahan masalah melalui langkah ilmiah. Agar model pembelajaran ini mengarah pada pembelajaran abad 21, maka masalah yang diangkat harus bersifat kontekstual atau dekat dengan kehidupan siswa.

Selain itu, penyelesaian masalah juga harus dilakukan dengan cara kolaboratif sehingga antar siswa memiliki kesempatan untuk saling tukar ide dan pikiran dalam menyelesaikan masalah yang diangkat. Proses tukar ide dan pikiran antar ini juga diharapkan mampu mengasah keterampilan berpikir kritis dan berpikir kreatif dalam menyelesaikan masalahnya.

Pada hal lain, langkah penyelesaian masalah secara kolaboratif antar siswa akan mengarahkan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Aktivitas pembelajaran yang banyak didominasi oleh siswa pada akhirnya akan menghadirkan pembelajaran yang lebih autentik.

Adapun langkah-langkah model pembelajaran problem based learning (PBL) yaitu mengorientasikan siswa pada masalah yang akan diselesaikan, pengorganisasian siswa dalam pendefinisian masalah, melakukan penyelidikan dan pemecahan masalah, pengembangan dan penyajian solusi, dan terakhir penilaian.

Peran penting guru dalam implementasi model PBL ini diantaranya guru harus mampu mengarahkan siswa agar memahami masalah yang akan diselesaikan. Selain itu, guru pun harus memastikan dan membimbing setiap langkah penyelesaian masalah yang dilakukan oleh siswa.

Pada akhirnya, melalui penerapan model PBL ini diharapkan siswa dapat mendapatkan pengalaman belajar secara langsung dalam menyelesaikan masalah kontekstual. Selanjutnya siswa memiliki kesempatan untuk mengembangkan keterampilan 4C (critical thinking, creative thinking, collaborative, communicative).

b.   Project Based Learning (PjBL)

Project Based Learning (PjBL) merupakan pendekatan pembelajaran yang dibangun melalui aktivitas pembelajaran dan tugas nyata yang memberikan tantangan bagi siswa untuk mengembangkan projek penyelesaian secara berkelompok.

Karakteristik model Project Based Learning yang mengarah pada pembelajaran abad 21 diantaranya, yaitu siswa dihadapkan pada permasalahan nyata (kontekstual), proses mencari solusi degan pendekatan ilmiah, dan mengerjakan projek secara kolaborasi dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Langkah model pembelajaran project based learning yaitu menentukan masalah dan pertanyaan masalah yang akan diselesaikan melalui kegiatan proyek, membuat rencana dan rancangan proyek, membuat dan menentukan jadwal pengerjaan proyek, melakukan monitoring penyelesaian proyek, menyampaikan hasil proyek dalam menyelesaikan masalah yang diangkat, melakukan penilaian, dan melakukan evaluasi.

Melalui langkah model PjBL tersebut, siswa akan mendapatkan pengalaman belajar dalam meningkatkan komptensi 4C, mengasah penerapan pendekatan ilmiah, dan meningkatkan literasi TIK melalui aktivitas penggalian informasi dalam penyelesaian projek dengan memanfaatkan sarana teknologi.

Pada akhirnya, pembelajaran abad 21 ini merupakan strategi penting yang perlu guru hadirkan dalam setiap pembelajaran di kelas. Karena melalui pembelajaran abad 21 ini lah, siswa dibekali dan disiapkan dengan berbagai keterampilan abad 21 untuk bisa menghadapi era dengan perkembangan IPTEK yang pesat.

 

 

Selasa, 08 Juni 2021

LAPORAN BACAAN : Pembelajaran Abad Ke-21

PEMBELAJARAN ABAD KE-21

Abad 21 dikenal sebagai era globalisasi dan teknologi informasi-komunikasi (information & communication technology). Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu pesat menawarkan berbagai kemudahan baru dalam pembelajaran sehingga menyebabkan terjadinya pergeseran orientasi belajar dari outside guided menjadi self-guided dan knowledge-as-possession menjadi knowledge-as-construction. Lebih dari itu, teknologi ini ternyata turut pula memainkan peran penting dalam memperbarui konsepsi pembenaran yang semula fokus pembelajaran semata-mata sebagai suatu penyajian berbagai macam pengetahuan menjadi pembelajaran sebagai suatu bimbingan agar mampu melakukan eksplorasi social budaya yang kaya akan pengetahuan. Pembelajaran merupakan proses terjadinya interaksi antara peserta didik dengan sumber belajar, namun proses pembelajaran yang berlangsung kenyataannya sebagian besar masih berpusat pada pengajar, di mana proses pembelajaran yang berkualitas idealnya adalah pembelajaran yang dapat membantu dan memfasilitasi pembelajar untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal, serta mampu mencapai tujuan yang ditetapkan secara efektif, dengan berorientasi pada minat, kebutuhan, dan kemampuan pebelajar. Dalam bidang pendidikan, proses pembelajaran diidentikkan dengan proses penyampaian informasi atau komunikasi. Dalam hal ini media pembelajaran merupakan bagian yang tak terpisahkan pada lembaga pendidikan. Pemanfaatan media pembelajaran merupakan upaya kreatif dan sistematis untuk menciptakan pengalaman yang dapat membelajarkan siswa sehingga pada akhirnya lembaga pendidikan akan mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas. Melihat keterbatasan yang melekat pada media konvensional, maka sudah saatnya media konvensional ditingkatkan kualitasnya atau bahkan diganti dengan mengembangkan suatu media pembelajaran yang lebih inovatif sekaligus interaktif, di antaranya adalah media pembelajaran yang dirancang dengan menggunakan bantuan komputer.

Pembelajaran abad 21 sangat mengandalkan interaksi yang efektif di ruang kelas, dengan metode pembelajaran yang menarik dan bermakna, yang dikenal sebagai 4C atau empat competences, yakni communication (komunikasi), collaborative (kolaborasi), critical thinking (berfikir kritis), dan creativity and innovation (kreatif dan inovasi).

Seperti yang telah kita ketahui bahwa perkembangan teknologikhususnya di abad ke-21 maka pada system pembelajaran mengikuti pola perkembangan zaman, sebagaimana yang telah terjadi saat ini di Indonesia telah menerapkan system pembelajaran daring atau online, hal ini disebabkan oleh virus covid-19. Maka dari itu untuk memutus rantai penyebaran covid-19 sistem pembelajaran dialihkan yang semulanya tatap muka/offline berubah menjadi daring/ online.

Sejalan dengan karakteristik guru abad 21. Sebagaimana tertulis dalam Modul Pedagogik PPG Dalam Jabatan 2018, ada lima karakteristik guru abad 21 , pertama guru di samping sebagai fasilitator juga harus menjadi motivator dan inspirator. Kedua, mampu mentransformasikan diri dalam era pedagogi siber atau era digital yang ditandai tingginya minat baca. Ketiga, memiliki kemampuan menulis. Keempat, kreatif dan inovatif dalam mengembangkan metode belajar atau mencari pemecahan masalah-masalah belajar. Kelima, mampu melakukan transformasi cultural. 

Mengacu pada lima karakteristik guru abad 21 ini, setiap diri guru diharapkan memiliki karakter ini. Tentunya, ini tidak mudah. Kondisi yang terjadi di lapangan, belum semua guru mampu mewujudkan lima karakter ini. Masih ada sekolah yang menganggap pembaruan kurikulum sebagai sesuatu yang tidak ada efeknya. Apa yang diterapkan masih seputar metode lama. Bahkan, masih ada pembelajaran yang berpusat pada guru. Apalagi, bagi sekolah yang jauh dari pengawasan dan pusat kota. Tidak dapat dipungkiri, bagi lembaga pendidikan di daerah ini, masih terdapat guru yang masuk kategori digital imigran. Jangankan menggunakan jaringan internet, menghidupkan dan mematikan laptop pun masih menjadi sesuatu yang berat. Dengan kondisi ini, guru belum bisa berada pada karakteristik yang kedua. Apalagi, ditambah dengan mindset guru yang masih menganggap siswa sebagai objek yang kepadanya ditujukan segala jenis aturan yang harus dipatuhinya. Siswa harus bisa memahami apa keinginan gurunya. Guru belum sepeuhnya bisa menjadi fasilitator, motivator apalagi inspirator. Guru lebih banyak menjadi evaluator.

Karakteristik siswa abad 21 adalah perilaku belajarnya sangat tergantung atau bahkan menggantungkan diri pada mesin pencari google. Salah satu ahli (dalam Modul Pedagogik PPG Dalam Jabatan 2018) mengidentifikasi keterampilan dan kecakapan yang harus dimiliki generasi abad 21, yaitu :

1.        Keterampilan belajar dan inovasi : berpikir kritis dan pemecahan masalah dalam komunikasi dan kreativitas kolaboratif dan inovatif.

2.        Keahlian literasi digital : literasi media baru dan literasi ICT.

3.        Kecakapan hidup dan karir : memiliki kemauan inisiatif yang fleksibel dan inisiatif adaptif , dan kecakapan diri secara sosial dalam interaksi antarbudaya, kecakapan kepemimpinan produktif dan akuntabel,  serta bertanggungjawab.

Untuk itu pula seorang guru dituntut untuk mampu menguasai IT (Information Technology), sebab untuk mengahadapi pembelajaran abad ke-21 tersebut guru bisa memonitoring pembelajaran dengan lebih baik. Penguasaan teknologi informasi komunikasi menjadi hal yang harus dilakukan oleh semua guru pada semua mata pelajaran. Penguasaan TIK yang terjadi bukan dalam tataran pengetahuan, namun praktik pemanfaatnyanya. Metode pembelajaran yang dapat mengakomodir hal ini terkait dengan pemanfaatan sumber belajar yang variatif. Mulai dari sumber belajar konvensional sampai pemanfaatan sumber belajar digital. Siswa memanfaatkan sumber-sumber digital, baik yang offline maupun online. Membuat produk berbasis TIK, baik audio maupun audiovisual. Maka dari itu pula guru juga harus memperhatikan media yang digunakan dalam penyampaian materi pembelajaran khususnya yang bersifat terbaru atau modern yang kemudian disesuaikan dengan pembelajaran abad ke-21.

Beers menegaskan bahwa strategi pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa dalam mencapai kecakapan abad 21 harus memenuhi kriteria sebagai berikut : kesempatan dan aktivitas belajar yang variatif; menggunakan pemanfaatan teknologi untuk mencapai tujuan pembelajaran; pembelajaran berbasis projek atau masalah; keterhubungan antar kurikulum (cross-curricular connections); fokus pada penyelidikan/inkuiri dan inventigasi yang dilakukan oleh siswa; lingkungan pembelajaran kolaboratif; visualisasi tingkat tinggi dan menggunakan media visual untuk meningkatkan pemahaman; menggunakan penilaian formatif termasuk penilaian diri sendiri. Kesempatan dan aktivitas belajar yang variatif tidak monoton. Metode pembelajaran disesuaikan dengan kompetensi yang hendak dicapai. Penguasaan satu kompetensi ditempuh dengan berbagai macam metode yang dapat mengakomodir gaya belajar siswa auditori, visual, dan kenestetik secara seimbang. Dengan demikian masing-masing siswa mendapatkan kesempatan belajar yang sama.

Pemanfaatan teknologi, khususnya tekonologi informasi komunikasi, memfasilitasi siswa mengikuti perkembangan teknologi, dan mendapatkan berbagai macam sumber dan media pembelajaran. Sumber belajar yang semakin variatif memungkinkan siswa mengekplorasi materi ajar dengan berbagai macam pendekatan sesuai dengan gaya dan minat belajar siswa.

Pembelajaran berbasis projek atau masalah, menghubungkan siswa dengan masalah yang dihadapai dan yang dijumpai dalam kehidupam sehari-hari. Bertitik tolak dari masalah yang diinventarisis, dan diakhiri dengan strategi pemecahan masalah tersebut, siswa secara berkesinambungan mempelajari materi ajar dan kompetensi dengan terstruktur. Pada pembelajaran berbasis projek, pemecahan masalah dituangkan dalam produk nyata yang dihasilkan sebagai sebuah karya penciptaan siswa. Pada pembelajaran berbasis masalah/projek pembelajaran juga fokus pada penyelidikan/inkuiri dan inventigasi yang dilakukan oleh siswa.

Keterhubungan antar kurikulum (cross-curricular connections), atau kurikulum terintegrasi memungkinkan siswa menghubungkan antar materi dan kompetensi pembelajaran, dengan demikian pembelajaran dapat lebih bermakna, dan teridentifikasi manfaat mempelajari sesuatu. Pembelajaran ini didukung lingkungan pembelajaran kolaboratif, dapat memaksimalkan potensi siswa. Didukung dengan visualisasi tingkat tinggi dan penggunaan media visual dapat meningkatkan pemahaman siswa.

Sebagai akhir dari sebuah proses pembelajaran, penilaian formatif menunjukan sebuah pengendalian proses. Melalui penilaian formatif, dan didukung dengan penilaian oleh diri sendiri, siswa terpantau tingkat penguasaan kompetensinya, mampu mendiagnose kesulitan belajar, dan berguna dalam melakukan penempatan pada saat pembelajaran didisain dalam kelompok.

Pandangan Beers tersebut memperjelas bahwa proses pembelajaran untuk menyiapkan siswa memiliki kecakapan abad 21 menuntut kesiapan guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran. Guru memegang peran sentral sebagai fasilitator pembelajaran. Siswa difasilitasi berproses menguasai materi ajar dengan berbagai sumber belajar yang dipersiapkan. Guru bertugas mengawal proses berlangsung dalam kerangka penguasaan kompetensi, meskipun pembelajaran berpusat pada siswa.

Jadi kesimpulan yang dapat diambil adalah pada pembelajaran abad ke-21 siswa dituntut berpikir tingkat tinggi, berpikir kritis, menguasai teknologi informasi, mampu berkolaborasi, dan komunikatif. Proses mencapai kecakapan tersebut dilakukan dengan memperhatikan taksonomi Bloom yang membagi pengetahuan dalam dua kategori yaitu dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif.